Ya, saya mengajar Management dan Marketing di Binus. Kadang saya dan rekan juga mengajar di beberapa perusahaan. Kami juga mengajar pelatihan di Kementerian Luar Negri untuk para diplomat senior sebelum mereka menjadi Konsulat Jenderal. Di sana saya mengajarkan tentang kreativitas dan inovasi.

Bagaimana kira-kira gaya mengajar dan memimpin Anda untuk para mahasiswa?

Saya berlaku seperti orangtua mereka. Jadi jika salah, mereka saya tegur. Tapi menegur itu juga ada seninya; kalau ditegur di depan banyak orang kurang baik, jadi biasa mereka saya ajak bicara. Yang penting mereka tahu untuk tidak mengulanginya. Kalau mereka berprestasi, saya saluti atau saya puji. Saya percaya kalau jiwa-jiwa muda ditangani dengan baik, mereka akan berkembang dengan baik juga.

Bagaimana dengan gaya kepemimpinan Anda untuk para staf?

Saya sering mendelegasikan tugas, tapi sebelum menjalankan suatu proyek, saya pastikan kalau kami punya visi bersama. Kalau mereka sudah menghadapi kesulitan, saya turun tangan. Saya tidak ingin hanya bisa memberi komando saja. Saya lebih banyak memonitor hasil akhir saja dan anggota tim juga paham kalau saya tidak terlalu banyak tuntutan.

Bagaimana Anda memastikan agar Anda tetap bisa menghasilkan ide kreatif di pekerjaan Anda?

Apapun target saya, saya selalu menerapkan ATM: Amati, Tiru, Modifikasi. Misalnya saya berkunjung ke suatu tempat untuk berlibur, saya akan amati bagaimana mereka memperlakukan turis dan jika positif, saya akan memikirkan bagaimana caranya agar praktik ini juga bisa saya terapkan di Binus.

Bagaimana Anda menjaga keseimbangan dalam hidup antara tubuh, pikiran, dan jiwa? Apakah ada kebiasaan atau rutinitas yang bisa Anda anjurkan untuk dilakukan setiap hari?

Kalau di filsafat China ada konsep keseimbangan yang namanya yin dan yang, jadi tidak benar kalau kita sangat duniawi dan melupakan yang Ilahi, dan tidak benar juga kalau bekerja terlalu keras dan tidak punya waktu untuk keluarga. Untuk keluarga, saya selalu berusaha menyeimbangkannya. Saya pribadi memastikan ada hari libur dengan keluarga, sesekali jalan-jalan, dan makan malam bersama. Saya juga suka backpacking bareng, karena itu memupuk kebersamaan.

Kalau dengan masyarakat sekitar, saya juga aktif membantu di RT RW. Dengan rekan dan staf, saya sering makan bareng.

Kalau bisa memilih satu super power untuk dimiliki, Anda ingin punya super power apa?

Menurut saya, semua masalah di dunia ini muncul karena orang tergoda untuk tidak mengasihi orang lain. Mereka lebih memilih mengasihi diri, faham, dan ideologinya sendiri daripada mengasihi sesamanya. Kalau dia mengasihi, mau merendahkan diri dan melepas ego, seharusnya banyak masalah hidup yang tidak akan terjadi. Saya rasa bisa saling mengasihi itu adalah kekuatan yang luar biasa.

Apa ada buku yang ingin Anda rekomendasikan untuk dibaca semua orang?

Saya rekomendasikan 'The 48 Laws of Power' oleh Robert Greene. Buku ini bisa mengajarkan caranya untuk “berkuasa” di atas siapa saja. Tapi membacanya harus dengan memegang mindset untuk mengasihi setiap orang yang kita temui, kalau tidak, kekuasaan ini bisa disalahgunakan.—Qerja.com 

Foto: Binus

Baca juga:
Wakil Rektor Binus Soal Daya Saing Pendidikan Tinggi